Berbicara soal tradisi dan
budaya, Indonesia ini bisa dibilang gudangnya. Tak salah kenapa demikian karena
faktanya negara kita ini memiliki ragam tradisi yang takkan habis dihitung,
ditulis, apalagi, disebut satu-satu. Berbagai macam tradisi tersemat cantik di
bentangan barat ke timur Indonesia yang begini luas.
Soal tradisi, tarian jadi salah
satu jagoannya Indonesia. Ada banyak jenis tarian di sini dan masing-masing
punya keunikannya sendiri, termasuk yang paling fenomena adalah Sintren. Tarian
khas Cirebon ini berbeda karena dalam praktiknya tak hanya melibatkan manusia
tapi juga roh-roh halus. Jadi, penari tak hanya bergerak sesuai kemauannya,
tapi juga mereka yang merasuki.
Pemaknaan
Simbol-Simbol Pakaian Sintren
a. Pakaian
Sintren
Dalam Kesenian
Sintren, seorang penari atau lebih dikenal dengan Sintren harus memakai
beberapa pakaian dan aksesoris.
b.
Baju Golek
Pada awalnya seorang Sintren tidak langsung memakai
busana seperti saat menari Sintren saat akan dimasukkan ke dalam kurungan
memakai pakaian biasa seperti saat sehari-hari,dan saat itu belum disebut
sebagai Sintren.Barulah ketika kurungan dibuka oleh pawang, Sintren tadi sudah memakai pakaian Sintren yang
sebenarnya yaitu memakai baju golek atasan. Baju golek yang digunakan oleh Sintren
mempunyai simbol seorang perempuan harus menutup tubuhnya dengan baik, sehingga
dapat diterima oleh masyarakat. Makna ini bisa diperluas dengan pesan bahwa
ketika akan terjun ke dalam pergaulan seorang perempuan mesti berpakaian dengan
rapi dan sopan sesuai adat dan ketentuan yang berlaku di masyarakatnya. Perempuan
harus hati-hati menjaga diri dari pandangan laki-laki. Karena apabila seorang
perempuan sudah berani membuka bagian tubuhnya, maka laki-laki dengan mudah
untuk menggoda, bahkan melecehkan. Baju
kebaya biasa digunakan oleh perempuan Jawa yang mempunyai ciri khas lemah lembut
atau tidak banyak tingkah. Baju tersebut juga mempunyai simbol perbedaan
antara laki-laki dan perempuan,
sehingga seorang perempuan harus lebih berhati-hati ketika bergaul dengan laki-laki.
c.
Celana Cinde
Celana
cinde ialah celana tiga perempat yang panjangnya hanya sampai lutut. Digunakan sebagai
lapisan sebelum memakai jarit. Simbol yang muncul dalam celana cinde,agar perempuan
ketika bepergian atau saat beraktivitas apapun bila tiba-tiba roknya tersingkap
ada sarana yang menutupi, sehingga tidak
mudah terlihat orang lain. Celana cinde
juga mempunyai simbol perempuan harus lebih pandai menjaga diri.
Penggunaan celana cinde secara simbolis dapat juga dimaknai agar perempuan tetap bisa
beraktivitas layaknya pria dalam
masyarakat. Celana cinde itu memberikan kebebasan bergerak bagi penari Sintren
yang bisa diartikan seoraang perempuan juga berhak memberikan kontribusi dalam
masyarakat. Namun, kebebasan yang bukan tanpa batas, akan tetapi celana
cinde ini menunjukkan bahwa
perempuan juga tetap
terjaga dari berbagai pelecehan seksual dalam aktivitasnya
tersebut.
d.
Jarit
Selain
baju,seorang Sintren juga memakai jarit yang di bawah lutut. Artinya seorang perempuan
harus pandai menunjukkan identitasnya sebagai seorang perempuan.Ini membedakan
seorang perempuan dari laki-laki.
e.
Sabuk Kain
Sabuk
berbentuk sabuk lebar dari bahan kain yang biasa dipakai untuk mengikat
sampur Sabuk mempunyai fungsi mengikat tubuh. Ini bisa diartikan seornag perempuan harus
mempunyai ikatan atau pegangan yang kuat dan mempunyai keteguhan dalam
menjalankan perananya di dalam masyarakat. Di samping itu, sabuk mengikat erat
pakaian sang penari sehingga tidak terlepas dari tubuhnya. Ini berartis seorang
perempuan harus menjaga dirinya agar terhindar dari hal-hal yang merebut
kehormatanya. Dalam falsafat jawa ada pepatah yang berbunyi ”wong wadon
kue sing kenceng tapihe, mulo
diiket nganggo sabuk” (perempuan itu yang kencang jaritnya,
maka diikat dengan sabuk). Pemaknaan
ini sesuai dengan
petuah Jawa. Apabila tali
pengikat atau sabuk untuk menjerat (nafsu) diri telah terikatkuat, perempuan akan jauh dari fitnah dan bahan olokan kaum adam. Tali
pengikat atau sabuk bisa diartikan sebagai agama dan peraturan yang berlaku.
f.
Sampur
Sampur
terbuat dari kain sutra, berwarna merah tua berjumlah satu lembar dengan
panjang kurang lebih 3 meter.Sampur berjumlah sehelai atau selembar dililitkan
di pinggang dan diletakkan di samping kiri dan kanan kemudian ditutup sabuk
atau diletakkan di depan. Biasanya seorang Sintren menari sambil mengibaskan
sampur ke kanan dan ke kiri,
terkadang juga digunakan untuk menari
bersama penonton. Sampur seorang
Sintren juga menarik penonton dengan cara mengalungkannya artinya ketika
sudah tiba waktunya
seorang perempuan dapat menentukan pilihan atau memilih laki-laki untuk dijadikan suami.Jadi
seorang perempuan memiliki hak untuk memilih
pasanganya, kepada siapa dia menyerahkan
dirinya. Dalam sampur tersirat posisi
perempuan yang cukup
kuat untuk menjadi subjek dalam
menentukan nasibnya.
g.
Jamang
Hiasan
yang dipakai oleh penari Sintren sering disebut jamang atau hiasan kepala yang terdiri
atas mahkota, tropong, kembang mahkota terbuat dari plastik, ukuran tinggi
kurang lebih 9 cm dengan besar disesuaikan dengan kepala Sintren. Bunga melati dililitkan diantara
mahkota,berbentuk seperti bando, tropong hiasanini untuk memperindah penampilan
pada bagian rambut, teropong terbuat dari plastik dan kain yang
ronce. Panjang ronce kira-kira 20 cm sampai 30
cm, kembang atau bunga tersebut
dari plastik dapat juga menggunakan bunga alami
bunga mawar. Bunga ini
ditempatkan di atas kedua telinga penari Sintren.Jamang mempunyai
simbol keindahan rambut perempuan
yang harus dijaga dari kecil hingga dewasa. Karena simbol itu mempunyai
perlambang kehormatan yang harus dijaga. Jamang juga berarti perempuan harus
pandai menghiasi pikiran dengan ilmu-ilmu yang berguna.
h.
Kacamata Hitam
Kacamata
terbuat dari plastik,berwarna hitam. Kacamata
ada 2 jenis yaitu kacamata untuk penari Sintren dan untuk
badut. Jumlah keseluruhannya 3 buah,
fungsinya untuk menutup mata,
dipakai selama penari Sintren selalu memejamkan mata.Kacamata hitam mempunyai
simbol sikap selektif bila melihat, ada batasan-batasan dalam memandang. Hal-hal yang buruk sebaiknya ditinggalkan.
Seorang perempuan juga harus pandai
memilih pergaulan yang benar. Tidak asal dalam bergaul dengan teman.
Kacamata juga mempunyai arti sebagai kontrol bagi dirinya, khusunya saat
melihat hal-hal yang tidak pantas.i.Kaos Kaki Hitam dan Putih Kaos kaki hitam
dan putih melambangkan perilaku baik dan buruk. Seseorang mempunyai potensi melangkah
pada kebaikan dan keburukan. Maka dari itu, si pemilik kaki tersebut harus”AWAS”kemana
dia melangkahkan kakinya. Si penari harus
pandai memilih dan
memilah perilaku baik dan
buruk, karena dalam
masyarakat biasanya di hadapkan pada hal-hal yang baik dan buruk.
Pemaknaan Simbol-Simbol
Perlengkapan Pertunjukan Sintren
Dalam
pertunjukan Sintren terdapat perlengkapan berupa kurungan, kain penutup, cobek
atau cowek, dupa, arang, dan sesaji.
a.
Kurungan
Kurungan
yang digunakan dalam kesenian Sintren pada umumnya menggunakan kurungan
ayam terbuat dari bahan
baku bambu, biasanya
bambu yang digunakan adalah bambu tali, karena bambu tali memiliki
kualitas yang bagus, bambu yang digunakan bambu yang benar-benar tua
agar kekuatannya terjaga, karena
kurungan ayam ini adalah perlengkapan utama untuk memasukan
Sintren dan untuk dinaiki Sintren pada
saat mengadakan atraksi atau
akrobat sambil menari.Pembuatan kurungan ayam ini ukurannya berbeda dengan ukuran kurungan biasa, ukuran kurungan ini lebih besar dengan
lingkaran diameter kurang lebih 75cm tinggi 100
cm, teknik pembuatannya
dengan cara dianyam antara
bagian atas dan bagian bawah. Jadi kurungan adalah alat yang digunakan untuk menutup pemain atau
penari Sintren sebelum menjadi Sintren,
bahan yang digunakan
adalah bambu tali, ukuran
kurungan berkisar antara 75 cm x 100 cm, teknik pembuatannya dianyam bentuknya
seperti tabung berlubang-lubang.Dalam pertunjukan kesenian Sintren,
kurungan adalah simbolyang
paling khas. Kurungan artinya
seseorang harus mempunyai sebuah batasan dan tameng ketika berhubungan dengan
dunia luar. Tamengnya dapat berbentuk nasihat atau pitutur keluarga, nilai
norma, serta agama.Kurungan juga berarti tempat bergantinya atau beranjaknya
seseorang yang dari masa kecil menjadi dewasa. Artinya seseorang dari kecil
hingga dewasa berkembang dalam lingkungan (pitutur) keluarga. Selain itu,
kurungan juga bisa berarti kepompong ketika seorang perempuan harus bertapa
menghindarkan diri dari pergaulan yang tidak terbatas untuk bersiap-siap
menjelma menjadi seorang bidadari.
Proses bertapa diartikan sebagai proses pendidikan atau poses mencari ilmu yang
harus dilalui seorang perempuan
untuk meningkatkan martabatnya.
b.
Kain Penutup
Kain
yang digunakan untuk menutup kurungan adalah kain batik berjumlah 2
lembar, kain yang digunakan bermotif Banyumasan berwarna putih dan
hitam pada penutup kurungan, motif kain tidak memiliki syarat khusus, panjang
kain kurang lebih 225 cm, lebar 90 cm.
Perlengkapan yang lain untuk menutup kurungan adalah kain
panjang (kemben) sebagai pengikat agar kain tidak lepas pada saat dipasang di
kurungan.Kain penutup berfungsi sebagaipenutup untuk kurungan. Kain penutup
kurungan melambangkan bahwa dalam menempuh
pendidikan seorang perempuan harus sungguh-sungguh sehingga tidak terpengaruh
oleh keadaan sekitar yang menyebabkan kegagalan mencapai derajat yang mulia.
c.
Anglo, Kemenyan, dan Arang
Anglo terbuat dari tanah liat berbentuk seperti pot kecil tingginya
kurang lebih 13 cm diameter 10 cm, fungsinya untuk
pembakaran arang dan kemenyan atau ukup. Kemenyan adalah bahan yang digunakan
sebagai pengantarSintren kepada dewa,
melalui asap danbau yang dikeluarkan lewat pengapian. Kemenyan yang digunakan
adalah kemenyan putih,
kemenyan putih ini memiliki
kualitas bau yang baik (menyengat
wanginya). Arang terbuat dari bakaran kayu pinus, warnanya
hitam. Fungsinya untuk membakar kemenyan.Piranti-piranti ini
bisa dimaknai dalam mencapai derajat
yang tinggi seorang perempuan harus
memperhatikan hubunganya dengan yang
Tuhan. Pada akhirnya,semua upaya yang
dilakukan adalah keputusan dari
sang pencipta. Untuk itu
doa juga harus dilakukan mengiringi ikhtiar yang telah dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar