Syair Syair Tarian Sintren
Syair-syair
yang mengiringi pagelaran Sintren tidak terlepas dari latar belakang atau
kisah-kisah yang mengikutinya, kisah romantis Selasih dan Sulandana misalnya,
kisah romantis tersebut yang amat kental dalam pagelaran Sintren di wilayah
suku Jawa seperti di kabupaten Batang serta Kabupaten dan kota Pekalongan tidak
begitu terasa dalam pagelaran Sintren di wilayah suku Cirebon walau dalam
sebuah versi syair yang dilantunkan oleh sanggar tari sekar pandan, kesultanan
Kacirebonan masih menyelipkan nama keduanya namun pada praktiknya isi tariannya
tidak mengisahkan sama-sekali tentang Selasih dan Sulandana, isi tarian dan
penjelasannya justru bernuansa dakwah Islam.
Syair Kembang Putri Mahendra
Turun turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan
Ketika Sintren dan dalang Sintren telah
bersiap ditempat dan akan memulai pementasan maka syair akan dilanjutkan dengan
syair seperti dibawah ini ;
Kembang rampe oli tuku ning pasar kramat
Nok fani dirante kang rantee dalang
mamat
Kembang rampe oli tuku ning pasar kramat
sintrene dirante kang rantee dalang
mamat
Gulung gulung glasah ana sintren lagi
turu
Penontone buru buru
Gulung gulung gelasah ana sintren lagi turu
Penontone buru buru
Selasih Selasih Sulandana
Menyangkuti ragae sukma
Ana sukma saking surga
Widadari temurunan
Selasih Selasih Sulandana
Menyangkuti ragae sukma
Ana sukma saking surga
Widadari temurunan
Ketika Ranggap (bahasa Indonesia:
kurungan ayam) dibuka, maka Syair Ya Robana (ya Allah swt) yang mengingatkan
para penonton untuk segera bertaubat dilantunkan oleh pesinden seperti berikut
;
Ya robana, robbana,robbana
Ya robana zhalamna anfusana
Wa inlam tagfirlana
Wa tarhamna lanakunanna
Min al-khosirin
Setelah Sintren keluar dari ranggap dan
kemudian berdiri, syair dirubah untuk menunjukan bahwa sintren telah berdandan
dan berganti baju serta para Panjak (pemain musik) siap untuk mengiringi
penampilannya.
Turun turun sintren
Sintrene dandan suwe
Dandan kalunge sesumpinge
Dandan kalunge sesumpinge
Sintren joged manis meseme
Panjak songgot rame-rame
Ketika Sintren melakukan gerakan tarian
pertama kali, maka syair dirubah kembali menunjukan bahwa Sintren telah siap,
pada bagian ini prosesi melempar uang yang membuat sintren lemas tidak berdaya
dilakukan.
Turun turun sintren
sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan
Ketika prosesi pelemparan uang sudah
selesai, maka dalang akan memasukan sintren kembali ke dalam ranggap tanda
bahwa pagelaran akan segera berakhir.
Kembang kilaras ditandur tengahe alas
Paman bibi aja maras
Dalang sintren jaluk waras
Kembange srengenge surupe wayahe sore
Sawise lan sedurunge kesuwun ning
kabehane
Syair Kembang Gewor
Pagelaran
Sintren dibuka dengan syair seperti berikut :
Turun-turun Sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang ning ayunan
Nemu kembang ning ayunan
Kembange Siti Mahendara
Widadari temurunan ngaranjing ning awak
ira
Ketika Sintren sudah masuk ke Ranggap
(kurungan ayam) maka pesinden akan melanjutkan dengan syair Sih Solasih untuk
mengiringi prosesi pelepasan rantai yang membelit sintren di dalam Ranggap.
Sih solasih sulandana
Menyan putih pengundang dewa
Ala dewa saking sukma
Widadari temuruna
Syair kemudian dilanjutkan dengan syair
kembang Gewor yang mengiringi datangan para Bodoran (bahasa Indonesia: pelawak)
yang mengiringi pagelaran Sintren.
Turun-turun sintren Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange si jaya Indra
Widadari temurunan
Kang manjing ning awak ira
Turun-turun sintren sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange si jaya Indra
Widadari temurunan
Kembang gewor bumbung kelapa lumeor
Geol-geol bu Sintren garepan njaluk
bodor
Bumbune kelapa muda
Goyang-goyang nyi sintern minta bodor[6]
Syair kemudian dilanjutkan dengan syair
kembang Kates, Kenangan dan Jae Laos yang menandakan pagelaran Sintren akan segera
berakhir, seperti berikut ;
Kembang kates gandul
Pinggire kembang kenanga
Kembang kates gandul
Pinggire kembang kenanga
Arep ngalor garep ngidul
Wis mana gageya lunga
Kembang kenanga
Pinggire kembang melati
Kembang kenanga pinggire
Kembang melati
Wis mana gageya lunga
Aja gawe lara ati
Kembang jahe laos
Lempuyang kembange kuning
Kembang jahe laos
Lempuyang kembange kuning
Ari balik gage elos sukiki menea maning
Syair Metu sing konjarah (keluar dari
kurungan)
Clikung lawung klontongena bandanira (Intip
lihatlah dengan hati-hati, berkumpulah, bebaskan belenggumu)
Clikung lawung klontongena bandanira
(Intip lihatlah dengan hati-hati, berkumpulah, bebaskan belenggumu)
Ari sukma ngelontong, ngelontong salin
busana (seandainya jiwa sudah terbebas, bebaslah ganti pakaianmu)
Simbar-simbar pati, lamun dadi ja
kesuwen (simbar-simbar pati (wangsalan Cirebon: rambut mati (uban) ),
seandainya sudah muncul janganlah malu)
Simbar-simbar pati, lamun dadi ja
kesuwen (simbar-simbar pati (wangsalan Cirebon: rambut mati (uban) ),
seandainya sudah muncul janganlah malu)
Tokena sing konjarah, tokena sing
konjarah (keluarlah dari kurungan, keluarlah dari kurungan)
Nya bebet nya iket nya sabuk sakerise
(bebet (kain yang diikatkan dipinggang), iket (kain yang diikatkan dikepala),
sabuk beserta kerisnya)
Syair
Sintren dibanda (sintren dibelenggu)
Ayu sintren terapena bandanira (ayo
sintren siapkan belenggumu)
Ayu sintren tangan ditaleni (ayo sintren
tangan diikat)
Badan ditaleni (badan diikat)
Arep manjing ning konjarah (mau masih ke
kurungan)
Pangeranira lara tangis (pemimpinmu
sedang menderita dan menangis)
Tangise wong keyungyun (tangisannya
orang yang menarik hati)
Turun-turun sintren, sintrene widadari
(datang-datang sintren, sintrennya bidadari)
Nemu kembang yun-ayunan, nemu kembang
yun-ayunan (nemu kembang hendak dibawa kemana?)
Kembange cahaya indra, widadari
temurunan (kembangnya cahaya indra, bidadari sedang datang)
Ngrajinga ning badanira (memasuki
badanmu)
Syair
Wari lais (air suci)
Syair Sintren Wari Lais (air suci) atau
yang secara harafiah berarti pemuda dengan niat yang suci sering diperdengarkan
dalam berbagai media seni selain Sintren, diantaranya adalah dalam kesenian
Tarling Cirebon, lirik Wari Lais masih suka diperdengarkan lewat para penyanyi
Tarling seperti mimi Dadang Darniah pada era 70an dan kemudian Diana Sastra.
Wari lais klontongena bandanira (air
suci (pemuda dengan tujuan mulia) ) lepaskanlah belenggu dirimu)
Dunung ala dunung (ditempat-tempat
manapun)
Dunung ala dunung (ditempat-tempat
manapun)
Si Dunung ing bahu kiwa (tempat-tempat
sudah menjadi tangan kiri ("ekstrem kiri") (tuduhan belanda
mengatakan rakyat itu pemberontak)
Pangeranira lara nangis (pimpinanmu
sedang menderita dan menangis)
Syair
Tambak-tambak Pawon (menyalakan dapur)
Sebelum tarian Sintren dimulai, untuk
menghimpun masyarakat sekaligus memberitahu bahwa akan ada pagelaran tarian
sintren, pesinden sintren di desa Kroya, kabupaten Indramayu bisanya
melantunkan syair berikut:
Tambak tambak pawon
Isie dandang kukusan
Ari kebul-kebul wong nontone pada kumpul
Setelah masyarakat sudah berkumpul,
pesinden kemudian melanjutkan dengan syair selanjutnya
Turun sintrén, sintréné widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembangé si Jaya Indra
Widadari temurunan
Kang manjing ning awak ira
Turun-turun sintrén
Sintrené widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembangé si Jaya Indra
Widadari temurunan
Kembang katés gandul
Pinggiré kembang kenanga
Kembang katés gandul
Pinggiré kembang kenanga
Arep ngalor arep ngidul
Wis mana gagéya lunga
Kembang kenanga
Pinggiré kembang melati
Kembang kenanga
Pinggiré kembang melati
Wis mana gagéya lunga
Aja gawé lara ati
Kembang jaé laos
Lempuyang kembangé kuning
Kembang jaé laos
Lempuyang kembangé kuning
Ari balik gagé elos
Sukiki menéya maning
Kembang kilaras
Ditandur tengaé alas
Paman-bibi aja maras
Dalang sintrén jaluk waras
0 komentar:
Posting Komentar